Senin, Februari 18, 2008

MEMBEDAH KOMPETENSI GURU


Oleh : Rusdin Pohan*


Abstrak : Peningkatan kualitas kompetensi guru-guru merupakan satu di antara beberapa isu besar yang mewarnai arah kebijakan bidang pendidikan di Provinsi NAD. Karena kompetensi guru pada dasarnya dipercaya sebagai upaya strategis bagi pemulihan dan pengembangan pendidikan yang sampai kini belum pulih.. Tentunya upaya tersebut memerlukan informasi tentang peta kemampuan guru di berbagai daerah, khususnya di wilayah terpencil. Laporan penelitian ini berkenaan dengan profil kompetensi penguasaan bahan ajar guru MIPA dan bahasa pada SMA dan MAN se Kabupaten Simeulue.

Kata kunci : Peta Kompetensi, MIPA & Bahasa, MGMP

Pendahuluan
Problema masih buruknya mutu pendidikan di NAD bukan cuma pada kurikulum atau pembangunan gedung sekolah, melainkan juga pada kualitas guru yaitu apakah guru cukup profesional dalam tugasnya mengelola pembelajaran atau masih amatiran. Dengan pengertian lain, mutu kompetensi mereka mestinya harus mendapatkan prioritas untuk dikembangkan..
Untuk meningkatkan kualitas guru, perlu dilakukan suatu sistem pengujian terhadap kompetensi guru[1]. Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, beberapa daerah telah melakukan uji kompetensi guru. Mereka melakukannya terutama untuk mengetahui peta kemampuan guru di daerahnya. Hal ini diperlukan misalnya untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta untuk mengangkat kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Namun yang paling penting adalah untuk mengadakan suatu program khusus dan berjangka pendek untuk memacu pengembangan kualitas guru menuju pemulihan dan perbaikan kualitas pendidikan. Pelaksanaan program ini akan sangat efektif jika sudah dapat dipetakan kualitas kemampuan guru di tiap wilayah[2].
Uji kompetensi ini dilangsungkan di Sinabang, Kabuopaten Simeulue yang tergolong wilayah terpencil di NAD, karena akses pendidikannya dinilai terlambat. Pada tahap ini, uji kompetensi ditujukan bagi guru-guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi dan Kimia tingkat SMA dan Madrasah ‘Aliyah Tujuannya untuk memformulasikan peta kemampuan guru sekabupaten Simeulue agar dapat dipakai sebagai acuan mengembangkan standar kemampuan profesional guru. Melalui hasil uji kompetensi ini diharapkan dapat diketahui kemampuan rata-rata para guru, aspek mana yang perlu ditingkatkan, siapa saja yang perlu mendapat pembinaan secara kontinu, serta siapa saja yang telah mencatat staandar kemampuan optimal[3]. Juga tak kurang pentingnya, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan acuan dalam pengembangan dan inovasi kurikuklum LPTK.
Peserta uji kompetensi ini sebanyak 64 orang (62 SMA 2 MAN) dari 109 orang populasi pengasuh enam pelajaran (31 guru MAN dan 78 guru SMA). Sebenarnya semua guru tersebut sangat ingin berpartisipasi dalam tes uji kompetensi ini, namun karena saat itu mereka terlibat dalam kegiatan Porda NAD, sehingga dengan sangat terpaksa mereka tidak dapat ikut serta.
Butir-butir test dirancang melalui empat tahap. Tahap pertama, dilakukan pemetaan konsep-konsep mata uji untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang diperlukan guru agar mereka dapat menguasai pelajaran yang diasuhnya. Cakupan materi berdasarkan kurikulum 2004 (KBK) yang menghasilkan sub-sub konsep materi uji menurut bidang masing-masing. Kemudian divalidasi oleh dosen dan guru yang sudah senior dalam bidangnya yang untuk selanjutnya dilakukan revisi dan perubahan di sana-sini. Tahap kedua, mendesain butir-butir tes yang kemudian divalidasi oleh pakar dan praktisi senior dan setelah direvisi, diperoleh instrumen test yang memenuhi syarat validitas isi dan konstruknya serta siap diujicobakan (try out). Tahap ketiga, mengadakan uji coba mengerjakan test oleh beberapa guru bidang studi, untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin kelemahan dan kesalahan dalam memahami maksud soal-soal tes.
Hasil uji kompetensi dianalisis dengan program OMR Pro versi 1,0. Analisis program OMR ini, bukan hanya memberikan informasi tentang skor, tetapi juga memberikan estimasi tingkat kemampuan peserta tes (measure of ability) dan estimasi tingkat kesukaran butir soal (measure of difficulty). Dengan cara seperti ini akan terungkap kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan guru atas masing-masing mata pelajaran yang dites.

Perolehan Score
1.Guru B.Indonesia
Guru Bahasa Indonesia dalam wilayah Kabupaten Simeulue yang mengikuti tes berjumlah 8 orang (semuanya guru SMA). Nilai rata-rata yang mereka peroleh adalah 45,83 (rentang nilai 0 – 100). Nilai tertinggi yang mereka capai adalah 60,00 sedangkan yang terendah 25,00. Hanya satu orang guru yang mencapai nilai 60,00, namun kalau diambil nilai 50,00 ke atas, maka hanya ada 4 orang.
Adapun soal-soal yang pada umumnya (50% atau lebih jumlah guru tidak mampu menjawabnya dengan benar) tidak dikuasai oleh guru bahasa Indonesia, adalah soal nomor 1, 2, 7, 8, 12, 14, 15, 17, 22-26, 34, 36, 37, 38-40, 42, 45, 46, 51, 53-55, 57, 59-60.

2. Guru Bahasa Inggris
Guru Bahasa Inggris dalam wilayah Kabupaten Simeulue yang mengikuti tes mata uji bahasa Inggris berjumlah 12 orang (semuanya guru SMA). Nilai rata-rata yang mereka peroleh adalah 45,63 (rentang nilai 0 – 100). Nilai tertinggi yang mereka capai adalah 63,75 sedangkan yang terendah 32,50. Hanya 1 orang yang mencapai nilai 60,00 atau lebih. Sedangkan rincian nilai, rincian butir soal yang dijawab benar dan butir soal yang dijawab salah oleh setiap peserta akan dilaporkan dalam laporan lengkapnya.
Adapun soal-soal yang pada umumnya (50% atau lebih jumlah guru tidak mampu menjawabnya dengan benar) tidak dikuasai oleh guru bahasa Inggris tingkat SMTA di Kabupaten Simeulue adalah soal nomor 1, 9, 12, 14, 15, 16 dan 18 berkenaan dengan “speaking, language expression dan pronunciation”, 22, 25, 26, 28, 30 dan 32 berkenaan dengan “reading comprehension”, 36 – 40, 42, 43, 45, 46, 48, dan 49 berkenaan dengan ”vocabulary in context”, 52 – 58, 60, 61, 63, 64, 67 – 72, dan 74 – 80 berkenaan dengan “working with grammar”.

3. Guru Matematika
Guru bidang studi Matematika dalam wilayah Kabupaten Simeulue yang mengikuti tes mata uji kompetensi bahasa Inggris berjumlah 6 orang (1 orang guru MAN dan 5 orang guru SMA). Nilai rata-rata yang mereka peroleh adalah 48,33 (rentang nilai 0 – 100). Nilai tertinggi yang mereka capai adalah 70,00 sedangkan yang terendah 23,33. Hanya 2 orang yang mencapai nilai 60,00 atau lebih, namun kalau diambil nilai 50,00 ke atas itupun hanya 3 orang. Khusus untuk soal matematika ini, di samping berbentuk pilihan berganda, mereka juga diminta untuk memberikan alasan kenapa memilih alternatif jawaban tersebut.
Adapun soal-soal yang pada umumnya belum dikuasai (50% atau lebih jumlah guru belum mampu menjawabnya dengan benar) adalah yang berkenaan dengan: Pembagian dengan Akar Kuadrat; Aplikasi KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil); Nilai Maksimum; Pertidaksamaan Kuadrat; Aturan Sinus; Pertaksamaan Nilai Mutlak; Perbandingan Trigonometri; Logika: Tabel Kebenaran; Volume Limas/Kerucut; Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers; Statistika: Peluang; Statistika: Nilai rata-rata; Differensial Fungsi Trigonometri; Limit; Integral: Luas Daerah; Aplikasi Integral; Vektor: Besar Sudut; Transformasi Geometri; Persamaan Logaritma.

4. Guru Biologi
Guru bidang studi biologi dalam wilayah Kabupaten Simeulue yang mengikuti tes mata uji kompetensi Biologi berjumlah 13 orang (1 orang guru MAN dan 12 orang guru SMA). Nilai rata-rata yang mereka peroleh adalah 34,46 (rentang nilai 0 – 100). Nilai tertinggi yang mereka capai adalah 46,00 sedangkan yang terendah 20,00. Tidak ada seorangpun guru yang menguasai 50% materi ajar atau lebih. Sedangkan rincian nilai, rincian butir soal yang dijawab benar dan butir soal yang dijawab salah oleh setiap peserta akan dilaporkan dalam laporan lengkapnya.
Adapun soal-soal yang pada umumnya (50% atau lebih jumlah guru tidak mampu menjawabnya dengan benar) tidak dikuasai oleh guru bidang studi Biologi tingkat SMTA di Kabupaten Simeulue adalah soal nomor 1 – 3, dan 5 berkenaan dengan “Konsep dan Pemahaman Terhadap Metode Ilmiah & Ruang Lingkup Biologi”; nomor 8-9, 14 berkenaan dengan ”Pemahaman Terhadap Virus, Monera, Protista dan Jamur”; nomor 18-22 berkenaan dengan ”Konsep dan Pemahaman Terhadap Plantae”; nomor 23-32, 34-35 berkenaan dengan ”Konsep dan Pemahaman Terhadap Kingdom Animalia”; nomor 36-38 berkenaan dengan ”Konsep dan Pemahaman Terhadap Ekosistem”; nomor 39-45 berkenaan dengan ”Konsep dan Pemahaman Terhadap Bioteknologi”; nomor 46, 49-50 berkenaan dengan ”Konsep dan Pemahaman Terhadap Struktur Jaringan Tumbuhan”; nomor 52-54 berkenaan dengan ”Konsep dan Pemahaman Terhadap Struktur Jaringan Hewan/Manusia”; nomor 56, 58-62 berkenaan dengan ”Konsep dan Pemahaman Terhadap Sistem Sirkulasi dan Pencernaan Makanan”; nomor 63-65, 70 berkenaan dengan ”Pemahaman Terhadap Sistem Respirasi dan Ekresi”; nomor 71-75 berkenaan dengan ”Konsep dan Pemahaman Terhadap Sistem Koordinasi dan Reproduksi”; nomor 77-79, 81-84 berkenaan dengan ”Konsep dan Pemahaman Terhadap Metabolisme”; nomor 85-87, 89, 92-96, dan 99 berkenaan dengan ”Konsep dan Pemahaman Terhadap Genetika dan Evolusi”.

5. Guru Fisika
Guru bidang studi Fisika dalam wilayah Kabupaten Simeulue yang mengikuti tes mata uji kompetensi Fisika berjumlah 12 orang (semuanya guru SMA). Nilai rata-rata yang mereka peroleh adalah 21,97 (rentang nilai 0 – 100). Nilai tertinggi yang mereka capai adalah 34,55 sedangkan yang terendah 9,09. Suatu gambaran kemampuan yang sangat memprihatinkan. Mengenai rincian nilai, rincian butir soal yang dijawab benar dan butir soal yang dijawab salah oleh setiap peserta akan dilaporkan dalam laporan lengkapnya.
Adapun soal-soal yang pada umumnya (50% atau lebih jumlah guru belum mampu menjawabnya dengan benar) tidak dikuasai oleh guru bidang studi Fisika tingkat SMTA di Kabupaten Simeulue adalah yang berkenaan dengan: Angka Penting; Besaran dan Satuan: Alat ukur Dasar; Besaran Vektor; Rekonstruksi; Kinematika Gerak; Gerak Lurus; Penerapan Hukum Newton; Dinamika; Momentum/Tumbukan; Energi Potensial Pegas; Moment Innersia; Fluida Statis; Kalor; Konduktifitas; Siklus Karnot; Termodinamika; Pegas; Bunyi; Gelombang; Bunyi: Hukum Hooke; Intensitas Bunyi; Radiasi Gelombang Elektro Magnetik; Listrik Statis; Rangkaian Kapasitor; Hambatan/Resistensi; Rangkaian Listrik Majemuk; Energi dan Daya Listrik; Medan Magnetik; Rangkaian Arus Bolak Balik AC; Induksi Magnet; Transformator; Optik/Cacat mata; Prisma; Interferensi cahaya; Model Atom; Energi foton; Radioaktifitas; Inti Atom; dan Relativitas.


6. Guru Kimia
Guru bidang studi Kimia dalam wilayah Kabupaten Simeulue yang mengikuti tes mata uji kompetensi Kimia berjumlah 13 orang (semuanya guru SMA). Nilai rata-rata yang mereka peroleh adalah 47,44 (rentang nilai 0 – 100). Nilai tertinggi yang mereka capai adalah 60,00 sedangkan yang terendah 25,00. Hanya 3 orang yang mencapai nilai 60,00 atau lebih. Adapun soal-soal yang pada umumnya (50% atau lebih jumlah guru tidak mampu menjawabnya dengan benar) tidak dikuasai oleh guru adalah soal nomor 4 berkenaan dengan: Kimia Organik; nomor 6-9 berkenaan dengan Kimia Karbon; Ikatan Kimia; Reaksi Redoks; Kimia Inti; nomor 11-14 berkenaan dengan: Elektro Kimia; Asam dan Basa; Termokimia; Struktur Atom; nomor 22 dan 24 berkenaan dengan Stoikiometri; nomor 27 berkenaan dengan Biokimia; nomor 33 berkenaan dengan Persamaan Reaksi; nomor 37 dan 40 berkenaan dengan Kimia Lingkungan; nomor 41-48 berkenaan dengan Asam dan Basa; Kesetimbangan Kimia; Stoikiometri Larutan; Asam dan Basa; Kimia Organik; Kimia Larutan; Kimia Unsur; Stoikiometri Larutan; nomor 50-55 berkenaan dengan Kimia Unsur; Kimia Organik; Kimia Karbon; Elektrokimia; Kimia Terapan; nomor 57-60 berkenaan dengan Kimia Lingkungan; Kimia Karbon; dan Kimia Terapan.

Kesimpulan
Dari enam mata uji yang diteliti ternyata mata uji Bahasa Indonesia nilai rata-ratanya 45,83 dengan nilai tertinggi 60,00; Bahasa Inggris nilai rata-ratanya 45,63 dengan nilai tertinggi 63,75; Matematika nilai rata-ratanya 48,33 dengan nilai tertinggi 70,00; Biologi nilai rata-ratanya 34,46 dengan nilai tertinggi 46,00; Fisika nilai rata-ratanya 21,97 dengan nilai tertinggi 34,55 dan Kimia nilai rata-ratanya 47,44 dengan nilai tertinggi 60,00. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun baik guru MIPA maupun Bahasa yang memenuhi standar kompetensi minimal (85% atau lebih) dalam penguasaan bahan ajar.
Dari soal-soal yang di rancang, hanyalah soal pada level C-2 (pemahaman terhadap suatu konsep) yang sanggup mereka jawab dengan benar, sedangkan untuk level C-3 (aplikasi dari suatu konsep) sampai dengan C-6 (Evaluasi) pada umumnya mereka tidak sanggup menjawabnya dengan benar.
Dengan demikian kemampuan guru dalam penguasaan bahan ajar di Kabupaten Simelue masih memprihatinkan. Tidak ada cara yang dapat dilakukan kecuali dengan pembinaan-pembinaan secara bertahap dan berkesinambungan, baik dengan cara pelatihan-pelatihan yang berhubungan langsung dengan materi ajar yang mereka asuh maupun berupa workshop atau magang. Forum MGMP perlu diaktifkan dan dibina agar setiap permasalahan yang mereka jumpai di lapangan dapat segera diatasi dengan baik dan tepat.

*Drs. Rusdin Pohan merupakan Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh dan saat ini menjabat sebagai Ketua Instructional Development Center (IDC) pada lembaga yang sama.

Endnotes

[1] Lihat Allen, M.J. and Yen, W.M., (1979). Introduction to Measurement Theory. California: Brooks/Cole Publishing Company; Croeker, L. and Algina, J., (1986). Introduction to Classical and Modern Test Theory. New York: Holt, Rinehart and Wiston; Thorndike, R.L., & Hagen, E.P. (1972). Measurement and Evaluation in Psychology and Education. New York: John Willey & Sonc.
[2] Gronlund, E.N., (1982). Constructing Achievement Tests. Englewood Cliffs: Prentise Hall, Inc; Moore, J. W. (1997). Assessment, achievement, and understanding. Journal of Chemical Education, 74(5), 477; Nunnally, J.C., (1972). Educational Measurement and Evaluation. New York: MacGraw Hill Book Company; Odom, A.L. & Barrow, L.H. (1995). Development and application of a two-tier diagnostic test measuring college Biolog students’ understanding of diffusion and osmosis after a course of instruction. Journal of Research in Science Teaching. 32(1), 45-61.

[3] Masrun, (1979). Pengukuran Pendidikan. Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM Hayat, Bahrul, (1997). Manual Item and Test Analysis (ITEMAN). Jakarta: Puslitbang Sisjian Depdikbud.

0 komentar:


Blogspot Template by Isnaini Dot Com